Selasa, 05 April 2011

Hipertensi "by : dr. Agus Rahmadi"

Hipertensi

I. Pendahuluan

Sebelum membahas mengenai tekanan darah tinggi atau hipertensi, ada baiknya Anda mengenal terlebih dahulu tentang tekanan darah. Saat Anda melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis ke dokter, biasanya terdapat alat khusus yang digunakan oleh dokter untuk memeriksa tekanan darah anda. Alat untuk memeriksa tekanan darah tersebut ialah sphigmomanometer atau dikenal juga dengan tensimeter. Ada tensimeter digital dan ada juga tensimeter air raksa yang masih umum digunakan untuk pemeriksaan klinis.

Dokter akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan menyuruh Anda duduk atau berbaring, karena itu posisi terbaik untuk mengukur tekanan darah. Lalu dokter biasanya akan mengikat kantung udara pada lengan kanan kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Setelah itu, dilakukan pengukuran tekanan darah. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.

Apa yang dimaksud dengan tekanan darah?

Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.

Setelah mengetahui tekanan darah, pasti Anda ingin mengetahui apakah tekanan darah Anda termasuk rendah, normal atau tinggi. Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik:

Tekanan Darah

Sistolik (angka pertama)

Diastolik (angka kedua)

Darah rendah atau hipotensi

Di bawah 90

Di bawah 60

Normal

90 - 120

60 - 80

Pre-hipertensi

120 - 140

80 - 90

Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1)

140 - 160

90 - 100

Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 / berbahaya)

Di atas 160

Di atas 100

Mengapa Tekanan Darah Meningkat?

Apa yang menyebabkan tekanan darah bisa meningkat? Sebagai ilustrasi, jika Anda sedang menyiram kebun dengan selang. Jika Anda menekan ujung selang, maka air yang keluar akan semakin kencang. Hal itu karena tekanan air meningkat ketika selang ditekan. Selain itu, jika Anda memperbesar keran air, maka aliran air yang melalui selang akan semakin kencang karena debit air yang meningkat.

Hal yang sama juga terjadi dengan darah Anda. Jika pembuluh darah Anda menyempit, maka tekanan darah di dalam pembuluh darah akan meningkat. Selain itu, jika jumlah darah yang mengalir bertambah, tekanan darah juga akan meningkat.

II. Pembahasan

1. Definisi (Epidemiologi)

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

2. Penyebab Hipertensi (Etiologi)

Berdasarkan Penyebab-nya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial (Primer) yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, Peningkatan Na dan Ca intraselular dan factor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder (Renal). Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifikasinya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

3. Diagnosa

Diagnosa tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, min 2-3 kali pengukuran atau lebih pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau dengan adanya gejala-gejala klinis.

Anamnesis meliputi tingkat hipertensi dan lama menderita, riwayat penyakit keluarga, riwayat gejala penyakit yang berkaitan seperti, penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dll. Perubahan aktivitas/kebiasaan, konsumsi makanan, factor psikososial lingkungan(keluarga dan pekerjaan).

4. Faktor-faktor terkena Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain:

a. Keturunan

Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki-laki dibawah 55 tahun.

b. Usia

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia.

c. Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.

d. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.

e. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing-masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.

f. Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap.

g. Aktifitas Fisik

Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30-45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.

h. Asupan

1. Asupan Natrium

Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah.

2. Asupan Kalium

Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

3. Asupan Magnesium

Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.

4. Asupan Kalsium

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000mg par hari.

5. Manifestasi Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.

6. Penanggulangan Hipertensi

a. Penatalaksanaan farmakologis

b. Penatalaksanaan non farmakologis (diet)

Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup.

Tujuan dari penatalaksanaan diet:

· Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.

· Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.

· Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah.

· Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi:

· Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.

· Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.

· Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis.

· makanan dalam daftar diet Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

7. Pengobatan Hipertensi

Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan diastolic dibawah 90 mmHg serta mengontrol factor resiko.

Modifikasi gaya hidup cukup efektif untuk menurunkan faktor resiko kardiovaskular dengan biaya sedikit, dan resiko minimal, pemberian obat antihipertensi tetap diberikan dengan dosis yang disesuaikan.

Obat antihipertensi yang diberikan :

1. Diuretik ; Furosemid, dosis 20-80 mg dosis tunggal, dpt diulang /6-8 jam.

2. β Bloker ; Propanolol, dosis 80 mg 2x/hari.

3. ACE Inhibitor ; Captopril, dosis 25 mg 2x/hari.

4. Antagonis Ca ; Nifedipine, dosis 2 tab 3x/hari.

5. Tergantung komplikasi.

8. Langkah-langkah yang dianjurkan

· Menurunkan berat badan bila terjadi kelebihan.

· Hindari alcohol.

· Olahraga teratur min 30-45 menit/hari.

· Mengurangi asupan garam (natrium)

· Mempertahankan asupan kalium.

· Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium.

· Berhenti merokok, dan

· Mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

· Perbanyak senyum, terutama pada pagi hari min 20 x/hari.

· Kurangi stress.

· Setelah usia 30 tahun, rutin untuk periksa tekanan darah.

9. Ramuan Herbal Untuk Penyakit Hipertensi

- Pegagan : Mempunyai sifat diuresis pada binatang percobaan anjing dan mempunyai efek vasodilator perifer, sedative.

- Mengkudu : Soranjidiol berkhasiat sebagai diuretic.

- Daun Seledri

- Belimbing : Analgetik, anti inflamasi, diuretic

- Bawang Putih : Mencegah agregasi platelet & meningkatkan aktifitas fibrinolitik sehingga sangat baik untuk penderita hipertensi

- Mentimun : Mentimun bersifat diuretik

10. Terapi Jus Untuk Penyakit Hipertensi

Labu siam, ketimun, seledri, selada air, belimbing manis, semangka, bawang putih, pisang raja dan kurma.

11. Terapi Sunah

1. Berbekam

· Melancarkan peredaran darah dengan menghilangkan sumbatan dalam pembuluh darah.

· Menghilangkan zat sisa endapan pada sumbatan pembuluh darah kecil biasanya terdapat pada kulit, sisa endapan tersebut dapat menghambat arus pembuluh darah balik , endapan tersebut biasanya kholesterol, trombus ataupun sisa metabolik dan toxin.

· Mencegah arterosclerosis dan kekakuan pembuluh darah.

· Mengurangi resistensi vascular.

2. Sholat Tahajud

Solat tahajud mampu mereduksi pengeluaran kortisol dimana salah satu fungsi kortisol adalah merangsang epinephrin dan angiotensin II. Oleh karena itu orang yang rajin salat tahajud kortisolnya rendah, ephinefrinnya rendah sehingga mampu mereduksi penyakit hipertensi.

3. Tersenyum

Senyum mengeluarkan endorphins, (pereda rasa sakit dan pelebar pembuluh darah secara alami) dan serotonin. Sehingga ketika tersenyum maka pembuluh darah akan melebar dan hipertensi akan tereduksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar